Pages

July 20, 2013

"Video Game", Cara Baru Mengobati Kanker


Video game Re-Mission 2 yang diciptakan dan dikembangkan oleh perusahaan non-profit HopeLab di California, Amerika Serikat diklaim bisa membantu mengobati kanker.




Re-Mission 2 merupakan game tentang melawan kanker. Ide ini merupakan hasil pemikiran peneliti, hasil medis dan pengembang game berdasarkan penelitian di tahun 2008. Penelitian tersebut menuliskan bahwa pasien kanker usia 13-29 yang bermain game selama satu sampai tiga bulan akan secara teratur minum obat dan lebih peduli terhadap penyakitnya.


Video game, yang dikembangkan oleh nirlaba HopeLab, membantu remaja memahami kanker secara lebih baik dan menginspirasi mereka agar makin bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri, kata para ahli.


Dalam video tersebut diperlihatkan adanya sel jahat yang menangkap sel tubuh kita sendiri kemudian membentuk tumor raksasa. Sementara sel yang ada di pembuluh darah, jika tidak ditangani akan menumpuk dan mengancam aliran darah.


Yang menarik, ada makhluk kecil yang disebut Nano-Bot yang menjadi senjata tubuh melawan sel jahat. Karena sel jahat bergerak sangat cepat sehingga pemain juga harus bergerak cepat, karena jika tidak sel jahat akan berkembang biak.


Serangkaian video game ini memiliki misi yang sangat besar yaitu membantu anak-anak dan remaja melawan kanker di kehidupan nyata.


Versi awal dari Re-Mission sudah dirilis pada tahun 2006 dan sudah didistribusikan ke beberapa rumah sakit anak-anak di seluruh dunia, termasuk Children's Hospital Los Angeles, Oregon Health & Science University and Stanford's Lucile Packard Children's Hospital.


"Kami ingin mengajarkan pasien muda tentang bagaimana kanker bekerja di tubuhnya dan bagaimana perawatan yang baik sehingga mereka bisa memerangi penyakit ini," kata Director of behavioral services at Children's Hospital Los Angeles, Dr Ernest Katz.


Menurut Katz, setelah bermain video game, anak-anak memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyakitnya dan kami melihat perkembangan yang baik dalam proses kemoterapi.


"Ada peningkatan pemahaman tentang penyakit dan kesadaran untuk tidak mau melewatkan kemoterapi walaupun sudah pulang ke rumah. Dengan demikian, akhirnya kita bisa melibatkan anak-anak dalam memahami pengobatan kanker," jelas Katz.


(Fit/Abd)


No comments:

Post a Comment